YOUTUBE
Surat Al 'Alaq | Marhamatunnisa - Menjelang Buka Puasa Ramadhan 1439 H
Tafsir
Al ‘Alaq
Surah
Al ‘Alaq (Segumpal Darah)
Surah
Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-5: Turunnya wahyu pertama kepada
Nabi Muhammad ﷺ, dan bahwa baca tulis adalah kunci ilmu
pengetahuan.
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢) اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا
لَمْ يَعْلَمْ (٥)
Terjemah Surat Al ‘Alaq ayat 1-5
1. [1]Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan[2],
2. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah[3].
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Mulia[4].
4. Yang mengajar (manusia) dengan
pena[5].
5. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya[6].
Ayat 6-8: Manusia menjadi jahat karena
merasa serba cukup.
كَلا
إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى (٦) أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى (٧) إِنَّ إِلَى رَبِّكَ
الرُّجْعَى (٨)
Terjemah Surat Al ‘Alaq ayat 6-8
6. [7]Ketahuilah! Sungguh, manusia
benar-benar melampaui batas,
7. apabila melihat dirinya serba cukup.
8. Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah
tempat kembali(mu).
Ayat 9-19: Kisah Abu Jahal dan sikapnya
yang jahat terhadap Rasulullah ﷺ.
أَرَأَيْتَ
الَّذِي يَنْهَى (٩) عَبْدًا إِذَا صَلَّى (١٠) أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى
الْهُدَى (١١) أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى (١٢) أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى
(١٣)أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى (١٤) كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ
لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ (١٥)نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ (١٦) فَلْيَدْعُ
نَادِيَهُ (١٧) سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ (١٨)كَلا لا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ
وَاقْتَرِبْ (١٩)
Terjemah Surat Al ‘Alaq ayat 9-19
9.
Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10.
seorang hamba (Nabi Muhammad ﷺ) ketika dia melaksanakan shalat[8],
11.
Bagaimana pendapatmu jika dia (yang dilarang shalat itu) berada di atas
kebenaran (petunjuk),
12.
atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?[9]
13.
Bagaimana pendapatmu jika dia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling
(dari iman)?
14.
Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)?
15.
[10]Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian)
niscaya Kami tarik ubun-ubunnya[11] (ke dalam neraka),
16. (yaitu)
ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka[12].
17.
Maka biarlah dia[13] memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18.
kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah[14],
19.
Sekali-kali jangan! Janganlah kamu patuh kepadanya[15]; dan sujudlah[16] dan
dekatkanlah (dirimu kepada Allah)[17].
TAFSIR SURAT AL ‘ALAQ
[1]
Surah ini adalah surah yang pertama kali turun kepada Rasulullah ﷺ; turun
pada awal-awal kenabian ketika Beliau tidak mengetahui apa itu kitab dan apa
itu iman, lalu Jibril ‘alaihis salam datang kepada Beliau membawa wahyu dan
menyuruh Beliau membaca, ia berkata, “Bacalah”.
Dengan terperanjat Muhammad ﷺ menjawab,
“Saya tidak dapat membaca.” Beliau lalu direngkuh oleh Malaikat Jibril hingga
merasakan kepayahan, lalu dilepaskan sambil disuruh membacanya sekali lagi, “Bacalah.” Tetapi Muhammad ﷺ
masih
tetap menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Begitulah keadaan berulang sampai
tiga kali, dan pada ketiga kalinya Jibril berkata kepadanya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan--Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah--Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah--Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam--Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Terj. Al
‘Alaq: 1-5).
[2]
Yakni yang menciptakan semua makhluk. Pada ayat selanjutnya disebutkan secara
khusus manusia di antara sekian ciptaan-Nya.
[3]
Oleh karena itu, yang telah menciptakan manusia dan memperhatikannya dengan
mengurusnya, tentu akan mengaturnya dengan perintah dan larangan, yaitu dengan
diutus-Nya rasul dan diturunkan-Nya kitab.
[4]
Yakni banyak dan luas sifat-Nya, banyak kemuliaan dan ihsan-Nya, luas
kepemurahan-Nya, dimana di antara kemurahan-Nya adalah mengajarkan berbagai
ilmu kepada manusia.
[5]
Maksudnya, Allah ﷻ mengajar
manusia dengan perantaraan tulis baca.
[6]
Hal itu, karena manusia dikeluarkan-Nya dari perut ibunya dalam keadaan tidak
tahu apa-apa, lalu Dia menjadikan untuknya pendengaran, penglihatan dan hati
serta memudahkan sebab-sebab ilmu kepadanya. Dia mengajarkan kepadanya Al
Qur’an, mengajarkan kepadanya hikmah dan mengajarkan kepadanya dengan
perantaraan pena, dimana dengannya terjaga ilmu-ilmu. Maka segala puji bagi
Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu yang tidak dapat mereka balas
karena banyaknya. Selanjutnya Allah ﷻ
mengaruniakan kepada mereka kekayaan dan kelapangan rezeki, akan tetapi manusia
karena kebodohan dan kezalimannya ketika merasa dirinya telah cukup, ia malah
bertindak melampaui batas dan berbuat zalim serta bersikap sombong terhadap
kebenaran seperti yang diterangkan dalam ayat selanjutnya. Ia lupa, bahwa
tempat kembalinya adalah kepada Tuhannya, dan tidak takut kepada pembalasan
yang akan diberikan kepadanya, bahkan keadaannya sampai meninggalkan petunjuk
dengan keinginan sendiri dan mengajak manusia untuk meninggalkannya, dan sampai
melarang orang lain menjalankan shalat yang merupakan amal yang paling utama.
[7]
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Abu Jahal
berkata, “Apakah (kalian biarkan) Muhammad menaruh wajahnya (bersujud) di
tengah-tengah kalian?” Lalu dikatakan, “Ya.” Maka Abu Jahal berkata, “Demi Lata
dan ‘Uzza, jika aku melihatnya sedang melakukan hal itu, maka aku akan injak
lehernya atau aku lumuri mukanya dengan debu.” Abu Hurairah berkata, “Maka Abu
Jahal mendatangi Rasulullah ﷺ ketika Beliau sedang shalat
karena menyangka akan dapat menginjak leher Beliau. Lalu ia (Abu Jahal) membuat
mereka (kawan-kawannya) kaget karena ternyata mundur ke belakang dan menjaga
dirinya dengan kedua tangannya. Ia pun ditanya, “Ada apa denganmu?” Abu Jahal
berkata, “Sesungguhnya antara aku dengan dia (Nabi Muhammad ﷺ) ada
parit dari api, hal yang menakutkan, dan sayap-sayap.” Maka Rasulullah ﷺ
bersabda, “Kalau sekiranya ia mendekat kepadaku, tentu malaikat-malaikat akan
merenggut anggota badannya sepotong demi sepotong.” Maka Allah ﷻ
menurunkan
ayat - kami tidak mengetahui apakah dalam hadits Abu Hurairah atau sesuatu yang
sampai kepadanya-, “Ketahuilah! Sungguh,
manusia benar-benar melampaui batas,-- apabila melihat dirinya serba cukup.--
Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu).-- Bagaimana pendapatmu
tentang orang yang melarang,-- seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat,--
Bagaimana pendapatmu jika dia (yang dilarang shalat itu) berada di atas
kebenaran (petunjuk),-- seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat-- Bagaimana
pendapatmu jika dia (yang dilarang shalat itu) berada di atas kebenaran
(petunjuk),-- atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?-- Bagaimana pendapatmu
jika dia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling?—Yaitu Abu Jahal---
Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala
perbuatannya)?-- Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat
demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya (ke dalam neraka),-- (yaitu)
ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka.-- Maka biarlah dia memanggil
golongannya (untuk menolongnya),-- kelak Kami akan memanggil Malaikat
Zabaniyah,-- Sekali-kali jangan! Janganlah kamu patuh kepadanya;…dst.”
(Terj. Al ‘Alaq: 6-19)
Kalimat,
“Kami tidak mengetahui apakah dalam hadits Abu Hurairah atau sesuatu yang
sampai kepadanya,” menurut Syaikh Muqbil merupakan keragu-raguan yang dapat
mencacatkan keshahihan sebab turunnya, akan tetapi ia tetap mencantumkannya
karena banyak syahid-syahidnya. Hadits tersebut menurut Ibnu Katsir,
diriwayatkan pula oleh Ahmad bin Hanbal, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Abi Hatim dari
hadits Mu’tamir bin Sulaiman. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir
dan Baihaqi dalam Dalaa’ilun Nubuwwah.
Imam
Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas ia berkata,
“Nabi ﷺ
shalat,
lalu Abu Jahal datang dan berkata, “Bukankah kamu telah aku larang melakukan
hal ini (shalat)? Bukankah kamu telah aku larang melakukan hal ini (shalat)?”
Maka Nabi ﷺ berpaling sambil membentaknya, lalu Abu
Jahal berkata, “Sesungguhnya engkau mengetahui, bahwa tidak ada di sini orang
yang lebih banyak golongannya dariku.” Maka Allah ﷻ
berfirman,
“Maka biarlah dia memanggil golongannya
(untuk menolongnya),-- Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk
menolongnya),” Ibnu Abbas berkata, “Demi Allah, kalau sekiranya ia
memanggil kaumnya, tentu akan ditangkap oleh para malaikat Zabaniyah milik
Allah.” (Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib shahih.”)
[8]
Yang melarang itu ialah Abu Jahal, sedangkan yang dilarang itu adalah
Rasulullah ﷺ sendiri. Akan tetapi usaha ini tidak
berhasil karena Abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya.
[9]
Dengan demikian, pantaskah orang yang seperti ini keadaannya dilarang? Bukankah
melarangnya merupakan penentangan yang besar kepada Allah ﷻ
dan
kepada kebenaran? Karena yang berhak dilarang adalah orang yang tidak di atas
petunjuk atau memerintahkan orang lain mengerjakan hal yang bertentangan dengan
ketakwaan.
[10]
Selanjutnya Allah ﷻ mengancamnya
jika tetap terus bersikap seperti itu.
[11]
Maksudnya, memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik kepalanya dengan keras.
[12]
Bisa juga diartikan, “Ubun-ubun orang yang dusta ucapannya dan salah
perbuatannya.”
[13]
Orang yang berhak mendapatkan azab itu.
[14]
Malaikat Zabaniyah ialah malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa di
dalam neraka, mereka adalah malaikat yang kasar dan keras, dan sebagai malaikat
yang kuat dan berkuasa. Inilah keadaan orang yang melarang dan hukuman yang
diancamkan kepadanya. Adapun keadaan orang yang dilarang, maka Allah ﷻ
memerintahkan
agar tidak mempedulikan orang tersebut dan tidak menaatinya.
[15]
Dengan meninggalkan shalat, karena ia tidaklah memerintahkan kecuali kepada
yang terdapat kerugian di dunia dan akhirat.
[16]
Yakni shalatlah karena Allah ﷻ.
[17]
Dengan bersujud dan dengan menaati-Nya, karena semua itu dapat mendekatkan kamu
kepada-Nya.
Ayat
ini adalah umum berlaku pada orang yang melarang terhadap kebaikan dan dilarang
dari melakukannya, meskipun berkenaan dengan Abu Jahal ketika melarang
Rasulullah ﷺ shalat.
Selesai tafsir surah Al ‘Alaq dengan
pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.
Artikel : TPQ Raudhatul Jannah
Artikel : TPQ Raudhatul Jannah
Tidak ada komentar